ulinulin.com – Beberapa minggu terakhir, ARB adalah sebuah topik yang sedang sangat hangat-hangatnya diperbincangkan oleh para investor dan trader BEI
Mengapa demikian? Sebab, kondisi ARB di pasar saham kini tengah membuat para investor terkejut.
Melansir Kompas, ARB yang terjadi di pasar sudah mencapai angka 7%. Hal tersebut dianggap sebagai suatu fenomena yang tidak wajar karena telah menembus batas yang diberlakukan BEI.
Akhirnya, sekarang ini, pihak BEI sedang melakukan pengamatan lebih lanjut terkait jatuhnya saham di pasar mereka.
Nah, memangnya, apa yang dimaksud dengan ARB? Apa saja kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya fenomena tersebut?
Bagi kamu yang hendak berkecimpung di dunia saham, ketahui informasi lengkapnya di bawah ini.
Apa Itu ARB?
© Pexels.com
Sebelum mengulas definisi dari ARB, ada baiknya kita bahas terlebih dahulu pengertian dari auto rejection.
Auto rejection adalah penolakan otomatis yang dilakukan sistem BEI saat penawaran jual atau permintaan beli saham melewati batas kenaikan dan penurunan harga yang sudah ditetapkan.
Sistem penolakan yang menaungi fenomena ARB ini sifatnya adalah asimetris.
Dalam arti, batas kenaikan dan penurunan harga itu sama, yakni 35% untuk saham denga harga Rp50-Rp200, 25% untuk saham dengan harga >Rp200-Rp5.000, dan 20% untuk saham dengan rentang harga >Rp5.000, sesuai kata Investor.
Nah, ARB atau auto reject bawah, adalah sebuah fenomena yang terjadi saat harga penawaran jual melampaui batas bawah rentang harga yang sudah ditetapkan oleh BEI.
Bila penawaran seperti ini terus berlanjut, menurut MNC Sekuritas, harga saham bisa turun secara drastis.
Contohnya seperti ini, batas auto rejection yang diberlakukan BEI sejak awal pandemi adalah sebesar 7%.
Penurunan harga saham A maksimal adalah Rp5.000 – (Rp5.000 x 7%) = Rp4.650. Jika saham A telah mencapai batas bawah di harga Rp4.650, nilai saham A akan terkena ARB.
Faktor-Faktor Penyebab ARB
© Rawpixel.com
Seperti yang sudah Glints jelaskan, BEI menetapkan rentang harga yang berbeda pada seluruh saham yang dijual di BEI berdasarkan masing-masing fraksi harga.
Maka dari itu, JATS Next-G, sistem otomatis milik BEI akan menolak penawaran jual dan pembelian yang melewati batas rentang harga tersebut.
Hal tersebut merupakan faktor yang menyebabkan auto rejection. Namun, bagaimana dengan ARB saham? Apa saja faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya fenomena tersebut? Berikut pemaparannya:
1. Penawaran jual yang berada di bawah batas rentang harga
Menyadur laman Kontan, hal pertama yang menjadi penyebab terjadinya ARB adalah penawaran jual yang melewati batas bawah rentang harga BEI.
Hal ini akan mengambil efek sesuai dengan masing-masing kategori rentang harga saham.
Pada rentang harga Rp50-Rp200 per lembar, ARB akan terjadi saat penawaran jual kurang 7% dari harga acuan BEI.
Sama halnya dengan saham pada rentang harga Rp200-Rp5000 ke atas, di mana ARB akan berlaku saat penawaran jual terjadi di bawah 7% harga acuan.
2. Adanya berita negatif dari investor
ARB di pasar saham Indonesia diprediksi terjadi karena rasa panik dan impulsif dari para investor generasi corona.
Hal ini terjadi karena adanya berita negatif dari beberapa pihak investor dan trader.
Hasilnya, investor yang tidak dapat menenangkan diri menjual saham mereka dengan harga yang rendah dalam jumlah yang masif.
3. Saham gorengan
Menurut hasil riset Saham Gain, saham gorengan adalah faktor penyebab terjadinya ARB di BEI.
Mengapa kesimpulan tersebut dapat terangkai? Pasalnya, saham-saham yang terkena ARB di pasar belakangan ini 95% adalah saham gorengan.
Maka dari itu, para investor perlu lebih berhati-hati saat akan mengeluarkan uang demi lembar saham. Siapa tahu, saham yang ingin dibeli adalah saham gorengan.
Harga Acuan dan Dasar Perhitungan ARB
© Freepik.com
Setelah melihat definisi serta faktor penyebabnya, kini kamu perlu mengetahui harga acuan serta dasar perhitungan ARB.
Hal ini harus dipahami terutama oleh kamu yang baru belajar investasi selama pandemi Covid-19 ini.
Seperti apa acuan dan dasar perhitungan ARB? Berikut adalah pemaparannya yang disadur dari Kontan:
Itulah penjelasan Glints terkait serba-serbi ARB yang sedang terjadi di pasar saham sekarang ini.
Intinya, ARB adalah sebuah kondisi di mana terjadi penolakan otomatis saat penawaran jual melewati batas bawah rentang harga BEI.
Bila terjadi secara berkelanjutan, harga saham terjun payung dan kestabilan ekonomi di pasar bisa goyah.
Dikarenakan sifatnya yang tidak stabil, investasi ARB baiknya dilakukan oleh para investor yang berpengalaman.
Sebab, risiko penurunan dan peningkatan harga bisa terjadi dengan cepat dalam saham ARB, sehingga bisa cukup mengejutkan bagi investor yang minim pengalaman.
Nah, jika kamu tertarik untuk menekuni jenis saham ARB, masih banyak pengetahuan lainnya seputar dunia persahaman yang perlu kamu ketahui.
Untungnya, kamu bisa pelajari itu semua di Glints Expertclass. Di kelas kategori finance, para profesional dan pakar dunia saham siap untuk membagikan ilmu mereka khusus untuk kamu.
Yuk, daftar sekarang dan asah kemampuanmu bersama Glints!
Sumber
”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website glints.com. Situs https://ulinulin.com adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://ulinulin.com tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”