ulinulin.com – Leadership skill adalah salah satu kompetensi utama yang dicari HRD saat menyeleksi kandidat, terutama untuk posisi manajer. Nah, dari berbagai gaya kepemimpinan yang ada, sosok dengan kepemimpinan otokratis akan sangat efektif dalam situasi tertentu.
Bagaimana bisa? Memangnya apa perbedaan gaya kepemimpinan ini dengan kepemimpinan otoriter? Pertanyaan tersebut bisa jadi muncul dalam benakmu sekarang.
Maka dari itu, ketahui lebih jauh seluk-beluk gaya kepemimpinan otokratis melalui pemaparan Glints di bawah ini!
Apa Itu Gaya Kepemimpinan Otokratis?
© Freepik.com
Kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin memiliki kendali penuh untuk menentukan kebijakan dan prosedur, memutuskan tujuan apa yang ingin dicapai, dan mengarahkan serta mengawasi semua kegiatan organisasi, tanpa partisipasi dari bawahan.
Pemimpin otokratis tidak terlibat dengan penetapan tujuan jangka panjang atau perkembangan karier seperti jenis pemimpin lainnya.
Mereka cenderung lebih berfokus untuk memastikan anggota tim menyelesaikan tugas-tugas penting sesuai jadwal.
Dilihat dari definisi, gaya kepemimpinan otokratis hampir mirip dengan kepemimpinan otoriter.
Kesamaan keduanya adalah pemimpin merupakan satu-satunya sosok dalam organisasi yang memiliki kontrol untuk membuat semua keputusan strategis.
Keduanya juga memiliki kekuasaan mutlak atas orang-orang yang bekerja di bawahnya.
Akan tetapi, kepemimpinan otoriter lebih cenderung menyuruh tim mereka untuk hanya mengikuti instruksi — “Lakukan apa yang saya perintahkan!”.
Pemimpin otokratis lebih cenderung menggerakkan bawahannya dengan pendekatan “Ayo, ikuti saya!”.
Oleh karena itu pula, gaya kepemimpinan ini tidak selalu kaku.
Ke mana arah kepemimpinan otokratis dapat terwujud dalam berbagai cara, tergantung situasi dan bagaimana pemimpin menerapkan gaya.
Tiga bentuk dari gaya kepemimpinan otokratis adalah:
Ciri-Ciri Gaya Kepemimpinan Otokratis
© Freepik.com
Mengutip dari Cleverism, karakteristik dari gaya kepemimpinan otokratis adalah:
1. Pembatasan atau tidak adanya masukan dari bawahan
Pemimpin tidak merasa perlu berkonsultasi dengan bawahannya ketika membuat keputusan, baik dalam skala kecil maupun skala besar.
Bahkan jika implementasi dari rencana tersebut melibatkan kontribusi aktif dari tim dan anggotanya.
Pemimpin akan mempertimbangkan pilihan yang berbeda dan membuat keputusan berdasarkan pemahaman dan penilaiannya sendiri.
Kemudian, ia sendiri jugalah yang mendelegasi tugas dan mengawasi jalannya setiap proses.
Pemimpin juga akan memutuskan sendiri solusi dan langkah-langkah selanjutnya untuk menyelesaikan masalah, jika diperlukan.
Terkadang, pemimpin dengan gaya ini juga dapat membuat sekelompok kecil tim penasihat terpercaya yang memiliki keterampilan, pengalaman atau pelatihan sama dengannya.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk membantunya mempertimbangkan keputusan. Pada akhirnya, pemimpinlah yang akan bertanggung jawab untuk mencapai kesimpulan.
2. Pemimpin membuat semua keputusan
Pemimpin otokratis memiliki tanggung jawab untuk selalu bisa menghasilkan keputusan yang tepat setiap saat.
Mereka yang memutuskan siapa yang perlu ada di dalam tim, bagaimana tim beroperasi, dan apa tujuan tim tersebut.
Mereka pula yang menciptakan sistem dengan semua aturan dan prosedur, yang nantinya digunakan tim untuk bekerja dan mencapai tujuan.
Jika berhasil, maka apresiasi dan penghargaan sebagian besar akan ditujukan padanya. Begitu pun sebaliknya.
Jika rencana gagal total, mereka sendirilah yang menanggung akibatnya.
Oleh karena itu, pemimpin harus hati-hati menerapkan visinya.
Gaya kepemimpinan otokratis memiliki sistem pengawasan yang ketat.
Bawahan akan diawasi secara ketat oleh pemimpin, yang memberi tekanan pada mereka dan membuat pemimpin sangat terlibat dalam kegiatan sehari-hari.
3. Ada sistem imbalan dan ganjaran
Dalam gaya kepemimpinan otokratis, anggota tim diharapkan untuk bekerja mengikuti prosedur.
Namun, konsep ini tidak bisa disamakan dengan metode perbudakan, di mana seseorang harus bekerja tanpa mengharap imbalan.
Tetap ada sistem “hadiah” dan “ganjaran” dalam gaya kepemimpinan ini untuk memotivasi setiap anggota tim bekerja sesuai harapan, dengan maksimal.
Imbalan biasanya akan berupa uang, seperti upah atau keuntungan materiil lain yang serupa, daripada kesempatan untuk kenaikan jenjang karier atau partisipasi dalam kepemimpinan.
Sementara itu, karakteristik khusus dari seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan otokratis dapat meliputi:
Perusahaan yang Tepat untuk Kepemimpinan Otokratis
© Freepik.com
Gaya kepemimpinan otokratis masih lazim ditemukan dalam banyak organisasi, terutama ketika anggota kelompoknya:
Kelebihan dan Kekurangan Gaya Kepemimpinan Otokratis
1. Kelebihan Gaya Kepemimpinan Otokratis
© Freepik.com
Satu kelebihan utama dari gaya kepemimpinan otokratis adalah proses pengambilan keputusan yang cepat. Selain itu, kelebihannya antara lain:
2. Kekurangan Gaya Kepemimpinan Otokratis
Secara umum, orang-orang yang bekerja di bawah kepemimpinan otokratis menunjukkan peningkatan produktivitas tapi tidak menjalani pekerjaannya dengan bahagia.
Justru, mereka memendam rasa frustasi yang tinggi. Kenapa begitu?
Tips Menerapkan Kepemimpinan Otokratis
© Freepik.com
Berdasarkan pemaparan Mindvalley, berikut beberapa tips jitu dalam menerapkan gaya kepemimpinan otokratis:
1. Hargai peran setiap anggota
Kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan yang kaku dalam hal aturan dan prosedur.
Akan tetapi, jangan biarkan hal ini justru membuat pemimpin semakin tidak fleksibel dan tidak mempertimbangkan orang lain.
Pemimpin harus bisa berlaku adil serta menghargai pekerjaan dan upaya orang-orang di bawahnya dapat meraih rasa hormat dan kesetiaan.
Pada akhirnya, hal ini dapat mencegah risiko turnover yang tinggi.
2. Komunikasikan dengan jelas
Seorang pemimpin yang baik mampu berkomunikasi secara terbuka dengan bawahannya agar tidak memunculkan keambiguan atau keraguan.
Dengan menjelaskan dan mengomunikasikan aturan yang ada, kamu sebagai pemimpin membuat lingkungan kerja yang lebih mendukung.
Seperti dijelaskan di atas, ketika aturannya jelas, karyawan merasa dihargai.
Ketika jalur komunikasi terbuka pun, karyawan dapat bekerja sesuai ekspektasi dan tidak mudah kehilangan semangat.
3. Beri ruang untuk berpendapat
Para pemimpin otokratis perlu memastikan bahwa mereka menghormati setiap orang yang bekerja di bawahnya untuk menciptakan hubungan saling percaya, meski merekalah yang selalu membuat keputusan akhir.
Pemimpin memang tidak harus mendengarkan pendapat dan saran atau menerapkan perubahan yang diminta bawahan.
Akan tetapi, memberikan kesempatan bagi karyawan untuk menyuarakan suaranya dapat memotivasi mereka lebih produktif di tempat kerja.
Ingat, gaya kepemimpinan otokratis tidak berarti orang-orang yang bekerja di dalamnya tidak bisa mengekspresikan diri, menyuarakan keprihatinan, atau mengajukan pertanyaan.
Orang-orang akan merasa lebih dihargai jika diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pemikiran mereka.
Hargailah suara semua orang, meski munugkin tidak semua saran atau ide anggota bisa diterapkan.
Nah, pastinya kamu sudah paham yang dengan gaya kepemimpinan ini. Mau tahu lebih jauh soal gaya kepemimpinan dalam perusahaan dan tips menerapkannya?
Makanya, yuk, sign up di Glints untuk mendapatkan tips dan trik pengembangan karier dan juga informasi lowongan kerja terbaru.
Sumber
”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website glints.com. Situs https://ulinulin.com adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://ulinulin.com tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”